Budi mengilustrasikan api yang digunakan untuk membakar sabu-sabu cukup kecil. (dok IndosuarA)
Miris, ketika mendengar TKI tertangkap basah ketika melakukan pesta shabu-shabu. Beberapa waktu lalu di Apple Daily memberitakan sepasang TKI pesta shabu-shabu di kamar hotel. Saat digrebek polisi, sang TKI wanita yang ilegal pun sampai sembunyi di atap kamar hotel. Sejauh apakah peredaran narkoba di kalangan TKI di Taiwan? IndosuarA berhasil mewancarai beberapa sumber mengenai investigasi ini beberapa waktu lalu.
Narkoba dari Utara hingga Selatan Taiwan
Ditemui di wilayah Perbatasan Taichung, Budi (nama samaran) mengaku ia pernah bersama kawan-kawannya ikut dalam pesta narkoba di sebuah rumah kontrakan milik salah satu kawannya. Ia tahu banyak dan mengenal para pemakai narkoba di kalangan BMI di Taiwan. Menurutnya, peredaran narkoba di kalangan BMI sudah tidak asing lagi dari ujung utara hingga selatan Taiwan. Budi menyebutkan kenalan-kenalannya di Taoyuan, Taichung dan Tainan yang juga mengkonsumsi narkoba. Bahkan dalam sebuah pesta, wanita pun juga menikmatinya seperti halnya para lelaki sahutnya. Ia menambahkan, kebanyakan mereka itu tenaga kerja ilegal (kaburan). Mereka berkumpul di suatu tempat lalu berpesta. Kalau sudah mengonsumsi narkoba, mereka bisa tidak makan dan tidak tidur hingga 2 hari. Terkadang mereka juga berpesta narkoba bersama minum-minuman keras hingga teler, ungkap Budi. Kebanyakan narkoba yang ia pakai adalah jenis sabu-sabu. Sabu-sabu dalam bentuk serbuk itu dibakar menggunakan korek gas yang ditambahkan selanga khusus atau dengan korek khusus. Sementara alat hisapnya dibeli dengan harga kisaran NT$ 300 rata-rata produk China. Kreatifnya teman-teman, mereka juga bisa membuat alat hisap sabu-sabu sendiri, ujarnya. “Semua itu bisa dilihat di youtube,” ungkapnya.
Untuk pemesanannya sangat sulit karena yang bersangkutan harus datang sendiri ambil barangnya dan itu pun kalau penjualnya sudah mengenal yang bersangkutan, ungkap Budi. Menurut Budi dan kawannya, konsumsi sabu-sabu atau narkoba terjadi karena pergaulan, ditambah rasa ingin mencoba. Ia heran dengan orang Thailand yang bisa membawa ganja masuk ke Taiwan dalam bentuk lintingan rokok, malah mereka memberi secara gratis kepada TKI untuk memancing minatnya. “Peredaran narkoba khususnya dalam bentuk sabu-sabu masuk melalui karaoke,” tutur Budi.
Ia juga tidak mengingkari jika peredaran narkoba juga masuk ke Taiwan melalui rekan-rekan TKI sendiri. Hal ini dikuatkan oleh Dodo (nama samara), TKI asal Jawa Barat yang banyak bersentuhan dengan dunia malam di wilayah Taichung. Menurut Dimas, ia tahu persis peredaran narkoba di Taichung bahkan ia sampai terkejut dan takut ketika kamar mess atau rumah kerja kawan wanitanya menjadi tempat penyimpanan narkoba. Dalam hal peredaran narkoba tersebut, ia yakin ada orang kuat di belakangnya, sehingga operasinya tidak terkuak di kalangan kepolisian Taiwan. (es)