Foto diambil dari Apple Daily.
Taman Sains Zhunan Miaoli mulai menjadi kritis semenjak memiliki epidemi pekerja migran pada akhir Mei. Pemerintah memutuskan untuk mengirim pekerja migran berisiko tinggi ke stasiun karantina terpusat. Pejabat setempat juga sempat mengeluarkan larangan bagi 6000 PMA harus menghilang dari jalanan. Di jalan kecil yang berjarak kurang dari 200 meter dari Lane 45 Science Road, para pedagang kecil yang semula mengkhususkan diri pada pekerja migran Indonesia dan Vietnam tidak punya pilihan selain gulung tikar.
Polisi di distrik itu mengatakan bahwa ada 8 asrama migran di dekat Jalan Sains 45th Lane, tempat ribuan pekerja migran tinggal di pabrik-pabrik sains dan teknologi seperti Jingyuan Electronics. Berbagai bisnis kecil meliputi: makanan pho Vietnam, makanan ringan Indonesia, pakaian bekas, aksesoris ponsel, penjualan kecil sebagai mata pencaharian masyarakat telah hilang. Sekitar 10 kios membentang di kedua sisi lebih dari 100 meter jalur. Hampir setiap malam dari pukul 18.00 – 22.00 ratusan pekerja migran berkumpul untuk berkerumun di “Pasar Malam Migran”
Ketika epidemi pecah di Zhunan Park pada 30 Mei, setidaknya ada 6 pabrik teknologi dan hampir 6.000 pekerja migran, kecuali KYEC dan perusahaan infeksi lainnya, yang memiliki 2.000 hingga 3.000 pekerja migran berisiko tinggi. Hampir 3.000 pekerja migran dilarang oleh pemerintah kabupaten untuk keluar. Mereka tidak diizinkan keluar dan berjalan-jalan setelah pulang kerja, dan tentu saja mereka tidak bisa pergi ke pasar malam kecil untuk membeli barang.
Perawat Indonesia “Ani” mengatakan bahwa dulunya bisa makan jajan kampung dan membeli pernak-pernik. Yang terpenting ngobrol dengan sesama warga, bersenang-senang bersama, menghilangkan nostalgia, dan melewatkan waktu setelah kerja. Sekarang warungnya hilang sementara, dan tidak dapat bergerak sesuka hati. “Saya hanya bisa berharap bahwa epidemi akan cepat hilang.”
Huang Huisong, Camat Dingpu, mengatakan bahwa di dekat sini ada asrama untuk pekerja migran kini menjadi sepi. “Saya mendengar bahwa beberapa kios masih disewa orang Taiwan untuk berbisnis. Namun, warga masyarakat jarang pergi untuk membeli sesuatu. Di masa lalu, ada kerumunan orang yang terus-menerus di jalan setelah malam tiba. Karena penyebaran epidemi dan larangan pekerja migran keluar, jalanan menjadi sepi.”