Tempat penampungan alias kurungan sementara (detention center) bagi para kaburan BMI Taiwan tersebar di 4 kota seperti Yilan, Sanxia, Nantou dan Hsinchu. Dari hasil survei yang berhasil kami kumpulkan, pemicu BMI kabur ialah pekerjaan nyang tak sesuai dengan kontrak job.
Salah satu hasil survei dari penampungan yang ada di Sanxia sebanyak 100 orang, alasan BMI kabur yang dikemukakan para tahanan pun beragam, ada yang melarikan diri karena ingin diperkosa, majikan suka marah, sering dipukul dan yang paling mencengangkan adalah banyak diantara mereka yang pekerjaannya tidak sesuai dan tidak mendapat perhatian dari pihak pengaduan maupun agensi.
Job Tak Sesuai
Hasil survei kami pada beberapa detention center atau tempat penampungan bagi para kaburan ini menunjukkan bahwa tenaga kerja Indonesia kaburan jumlahnya paling banyak hampir di setiap penampungan. Masa tahanan yang mereka jalani pun terbilang cukup lama dibandingkan dengan tenaga kerja dari negara lain. Sekitar 40% BMI kaburan telah tinggal di penampungan ini selama 1 bulan, bahkan sekitar 10% BMI kaburan mengaku sudah mendekam di tahanan selama hampir 4 bulan. Ketika ditanya apakah mereka ingin pulang, serentak semua menjawab ingin segera pulang, namun tak tahu bagaimana caranya karena semua surat-surat berharga, perlengkapan pribadi dan gaji terakhir tidak jelas keberadaannya. Entah masih ada di rumah majikan atau sudah di tangan agensi ataupun hilang entah ke mana, yang jelas para kaburan ini menanti uluran tangan pihak pemerintah untuk memulangkan mereka.
Sekitar 30% BMI kaburan mengaku jika mereka kabur karena ada masalah dengan majikan seperti terintimidasi, terkekang, tidak diberi gaji, kerja terlalu keras, majikan yang pelit, galak dan suka marah sampai ada juga yang kabur karena tak kuat melihat ulah kedua majikannya suami istri yang suka mabuk dan kadang-kadang suka marah dengan alasan tak jelas bahkan terkadang suka memukul. Lain halnya dengan salah seorang tahanan wanita yang dulu bekerja sebagai pekerja rumah tangga berusia 29 tahun ini mengaku terpaksa kabur karena disukai oleh majikan laki-laki dan pernah diajak tidur, namun ia menolaknya. Akibat menolak tawaran untuk tidur, majikannya langsung memukul kepalanya menggunakan es batu sampai keningnya memar. Wanita yang tinggal di Hsinchu ini terpaksa kabur dan menyerahkan diri ke penampungan ini agar segera dipulangkan karena orang tuanya sakit keras di Indonesia.
Jumlah yang sama juga sekitar 30% kaburan mempunyai alasan karena job tidak sesuai. Sambil menangis, salah seorang wanita berinisial “T” menuturkan kisahnya yang pahit. Wanita berusia 35 tahun ini telah dipekerjakan sebagai tenaga pemasang kaca oleh majikannya. Padahal di kontrak kerjanya tertulis menjaga akong atau caretaker. Ada juga BMI yang kabur karena tidak kuat menahan banyaknya pekerjaan yang ia harus lakoni setiap hari. Pada kontrak kerja tertulis bahwa ia hanya menjaga ama, namun kenyataannya setiap hari ia harus mencari kayu di hutan. Kasus lain yang ditemui yaitu BMI yang semula dijanjikan bekerja menjaga orang tua, ternyata harus menanam pinang di ladang.
Sedangkan sekitar 23% kaburan yang lain mengaku kabur karena tergiur bujukan teman yang bisa mendatangkan uang lebih banyak tanpa ada potongan yang tinggi. Sedangkan sekitar 17% BMI kaburan di penampungan juga menuturkan alasannya kabur karena ada masalah dengan agensi seperti banyak potongan dan lambat menangani masalah. Seperti kisah wanita yang bekerja di Hsinchu ini menuturkan terpaksa kabur karena jengkel dengan agensi yang memotong gajinya begitu besar. Agensi memotong gajinya tiap bulan sebesar NT$ 2.000 dan pada bulan pertama awal kerja, ia pernah hanya mendapat gaji di bawah NT$1000, lalu bulan ke dua NT$ 2000 sehingga lama-lama ia tak kuat menanggung pekerjaan berat dengan gaji yang sangat di luar ambang batas wajar.
Kebanyakan BMI kaburan tertangkap ketika mereka sedang ada di tempat-tempat umum seperti rumah sakit, di jalan pada saat ada pemeriksaan identitas oleh polisi Taiwan, di supermarket atau pasar. Malah sekitar 27% jumlah terbesar mengatakan jika mereka tertangkap di tempat kerja baru di sebuah pabrik shampo yang berada di Taoyuan. Hal inilah yang memacu BMI untuk lebih banyak yang kabur karena ada iming-iming gaji besar tanpa potongan agensi dan bekerja secara ilegal.
Sudah Mengadu, Tak Ada Respon
Tidak semua BMI kaburan mempunyai pengalaman langsung kabur tanpa meminta pertimbangan terlebih dahulu atau mengadukan permasalahan mereka pada yang berwajib. Sebagian besar BMI kaburan, sekitar 73% dari hasil survei, para kaburan tersebut telah berupaya menghubungi pihak agensi selama beberapa kali untuk pengaduan, maupun menelepon 1955 bahkan ada yang langsung menghubungi KDEI untuk melaporkan kejadian yang mereka alami. Akan tetapi respon dari pengaduan tersebut nihil, tidak ada hasil. Kecewanya lagi ketika para BMI menghubungi pihak agensi, ada yang diancam untuk dipulangkan jika mereka terus-terusan mengeluh.
Ketika ditanya apakah ada pihak lain seperti teman atau siapapun yang mendukung BMI untuk kabur, mereka bilang jika kabur adalah keinginan pribadi. Hanya 23% hasil survei yang menyatakan kabur karena desakan teman, saudara bahkan ada pihak agensi sendiri yang secara terang-terangan menyuruhnya kabur. Ada fenomena penting yang menjadi PR bagi pemerintah Indonesia untuk ditangani secara serius. Beberapa BMI mengaku kabur karena diiming-imingi pekerjaan besar tanpa potongan oleh oknum yang mereka sebut “agen kaburan”. Kelompok ini sebenarnya juga penyalur TKI di Taiwan, namun tidak resmi. Terkadang mereka sengaja mencari mangsa untuk menghasut BMI agar kabur dan pindah ke agensi mereka.
Hal ini disebabkan persaingan antar agensi di Taiwan semakin ketat. Banyak BMI yang mengaku telah diberi iming-iming semacam ini agar mereka pindah ke agensi tempatnya. Namun kenyataannya, kebanyakan agensi semacam ini adalah ilegal. Tetapi ada juga agensi legal yang malah mendukung BMI untuk kabur. Seperti yang dialami seorang pekerja wanita yang bekerja di Taipei, ia mengatakan jika sudah melaporkan kejadian ini ke agen namun agensi juga kesulitan menangani masalahnya, sehingga menyuruhnya untuk kabur dari sang majikan karena tidak ada cara lain untuk mengatasinya.