Foto diambil dari CNA.
Dengan populasi Taiwan dimana penduduknya lebih banyak lansia, Badan Administrasi yang dibentuk oleh Tsai menghadapi jalan buntu untuk menemukan sistem jangka panjang perawatan yang baru. Departemen Kesehatan memperkirakan bahwa Taiwan akan menjadi rumah bagi 1 juta warga senior yang membutuhkan jasa perawatan jangka panjang hingga tahun 2026.
Berdasarkan perbandingan pada negara tetangga, Jepang, dimana negara tersebut terkesan telah siap dengan menyediakan layanan untuk masyarakat lansia ke depannya.
Seperti yang diberitakan CNA, media lokal Taiwan ini menunjukkan ada seorang lansia yang tinggal sendirian dan tidak bisa mengandalkan anak-anak mereka untuk merawat mereka. Generasi muda lebih cenderung mengandalkan tabungan orang tuanya karena ekonomi domestik yang stagnan.
Untuk menikmati kehidupan pensiun yang nyaman, salah satunya harus mempunyai dana pensiun untuk persiapan masa tua sekitar ¥ 50.000.000 (NT $ 13.500.000).
Sejak menerapkan sistem asuransi perawatan jangka panjang pada tahun 2000, Jepang telah menambahkan 4.463 lembaga yang melayani warga senior, dengan mempekerjakan 29,6000 pekerja.
Bagi Taiwan, tidak hanya populasi lansia saja yang meningkat, tetapi juga kelangkaan pengasuh lansia yang berkualitas.
Perwakilan dari National Taipei University Nursing and Health’s (NTUNHS) Tsai Ming-chun mengatakan banyak orangtua yang enggan meminta anak-anak mereka mengejar karir di sektor perawatan. Kekhawatiran ini diperbesar oleh stigma bahwa pekerja perawat lansia dianggap sebagai pekerjaan yang “murah” dan “kotor.”