Nasib tragis dialami oleh salah seorang TKI di negara jiran Malaysia bernama Sudarti alias Yanti (44) yang berasal dari Dusun Umbulrejo RT 03 RW 05 Desa Bagorejo Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwangi Propinsi Jawa Timur. Sejak berangkat dari bulan Maret tahun 2011 hingga kini tidak ada kabar beritanya. Saat itu ada tetangganya yang baru pulang dari Malaysia menawarkan untuk bekerja di sana. Karena kondisi ekonomi yang sulit, Sudarti akhirnya tertarik untuk ikut ke Malaysia dan menunggu visa turun di rumahnya.
Karena tidak sabar menunggu, akhirnya diminta menemui seseorang yang bisa memberangkatkannya ke Malaysia di Jember. ”Setelah 2 hari berangkat ke Jember, ibu katanya berangkat ke Juanda dan kemudian terbang ke Malaysia. Kami tidak paham prosesnya seperti apa. Setelah itu kami tak bisa kontak dan tidak ada komunikasi sama sekali, hingga seminggu kemudian ada yang telepon ayah saya Nuryanto di rumah. Dalam pembicaraan tersebut, sang penelpon yang juga sesama TKI asal dari Probolinggo tersebut menjelaskan bahwa ia bekerja sebagai tukang untuk merenovasi rumah majikan ibu saya, dan ibu saya pesan suruh telepon keluarga karena majikan sangat ketat dan ibu tidak bisa apa-apa,” ungkap Kriswanti Vebita, putri dari Sudarti kepada IndoSuara.
Setelah hampir 5 tahun lamanya tidak ada kabar berita dan jalinan komunikasi, pada akhir bulan Ramadhan di bulan Juli 2016 ada yang menelpon dari daerah Riau, yang kakaknya bernama Mayangsari tetangga Sudarti di Malaysia. Dengan cara mengirim surat agar memberitahukan keadaannya ke keluarganya di Banyuwangi, menanyakan apakah suaminya menikah lagi dan bagaimana kabar di rumah. Karena tidak ada kabar sama sekali, saat Mayangsari cuti pulang ke Riau kemudian berkomunikasi dengan keluarga Sudarti yang ada di Banyuwangi seperti yang diceritakan Kriswanti Vebita (22) putri semata wayangnya.
”Ibu Mayangsari menceritakan bahwa tetangga ibu saya di Malaysia, saat menemui ibu di rumah majikannya, kondisi ibu kurus dan lusuh, tatapan matanya kosong. Saat ditanya apakah punya paspor atau Permita jawabannya tidak tahu. Ibu Mayangsari berharap ibunya segera dipulangkan saja. Kami sekeluarga berharap ibu saya bisa dipulangkan dan apa yang menjadi hak-haknya bisa didapatkan. Kasihan jerih payahnya selama bertahun-tahun, apalagi kami orang tak punya,” Ucapnya dengan penuh kesedihan.
Menindaklanjuti hal ini IndoSuara menginformasikan langsung pada Joko Sugeng Raharjo Kepala Bidang Penempatan (Kabid Penta) Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Banyuwangi.
”Kami sudah menerima pengaduan dari anaknya Sudarti alias Yanti bernama Kriswanti Vebita pada hari Senin 29 Agustus 2016 dan sudah kami BAP. Kami juga langsung berkoordinasi dengan P4TKI Kabupaten Banyuwangi juga LP3TKI dan UPTP3TKI Jawa Timur di Surabaya dan tembusan ke KJRI Malaysia. Hal ini sebuah dilema saat berangkat ke luar negri untuk bekerja tidak melalui prosedur yang resmi, hingga hal-hal yang merugikan TKI sering terjadi. Sudarti ini bekerja di Taman Johor Jaya Johor Bahru Darul Takzim, dalam satu rumah ada 10 orang dan menjaga orang tua yang buta dan tuli. Saat majikan bekerja, pintu dikunci dari luar dan hanya tinggal berdua bersama yang dijaganya. Semoga segera bisa ditangani dan dipulangkan serta hak-haknya didapatkan,” pungkasnya. (ka)