Gambar ilustrasi diambil dari 123rf.
“Entah siapa sesungguhnya dirimu, lelaki yang berhasil membuat sebuah taman dengan beraneka bunga dalam hatiku.”
Cinta datang begitu tiba-tiba. Seperti matahari yang menghangatkan dan rembulan yang dirindukan malam. Hadirnya mampu membuat pencintanya memancarkan aura indah. Memesona tiada terkira.
“Sedalam itu engkau masuk, menelusuri lebih jauh lorong hatiku. Siapa kamu hingga aku berani memimpikan sebuah kehidupan yang sesungguhnya denganmu?”
Tak pernah kusangka apalagi membayangkan sebelumnya. Setelah sebuah cinta yang kurajut kandas dan melantakkan hati. Cinta yang pelan-pelan membuat diriku bangkit dan menjadikannya semangat demi hari esok.
Dihari itu, februari setahun lalu, kau menjadi bintang dihati. Dan kau jadikanku sinar hidupmu, kekasih…
******************
Flashback
Membolak-balik sebuah majalah remaja Ibukota, aku tertarik dengan beberapa sosok yang termuat didalamnya. Mereka bukan artis atau selebritis, tetapi orang-orang hebat didunia yang digeluti. Aku berandai jika dirikulah yang ada di majalah bergengsi itu. Ahh… Diam-diam kuingin seperti mereka, jadi orang hebat.
Rutinitas kehidupanku berjalan biasa. Bahkan kian mewarna dengan kehadiran laki-laki yang kupercaya bisa jadi imamku dalam sebuah kehidupan baru kelak. Ketika itu harapanku hanya untuk karir yang mulai terintis. Bersamanya, lelakiku, kan kugenggam dunia.
Rupanya, manusia hanya berhak bercita-cita dan bermimpi. Tetapi tak mempunyai hak atas segala hasil yang diimpikannya. Sebab ada yang lebih berhak atasnya, ialah Pemilik Kehidupan ini. Begitupun dengan impian yang kupancang bersama kekasih. Tak kusangka akan berakhir sedih. Sebuah keputusan pahit harus kuambil, berpisah. Dan dia lalu bahagia bersama perempuan yang ia cintai, yang bukan lagi diriku.
Aku tak bisa melukiskan bagaimana rupa perasaanku ketika itu. Harapan besar yang bergantung didirinya seketika musnah tak berbekas sedangkan hati masih mencintainya. Lelaki sekaligus guru tempatku berbagi segala keluh ternyata tak benar-benar mencintai. Perbedaan prinsip yang dahulu tlah menemukan jalan tengah kesepakatan, akhirnya menjadi alasan kenapa aku ditinggalkan.
Lelaki yang kupuja itu pergi. Aku hanya bisa menangisi. Kenapa cinta dipertemukan jika harus begini? Akhh…serta merta kumatikan perasaanku. Cinta yang sangat besar berubah menjadi kebencian. Bahkan aku berdoa pada Tuhan, biarlah disisa waktu hidupku jangan pernah aku dipertemukan kembali dengannya apapun alasannya. Laki-laki itu sudah mati bagiku.
Setelah cinta yang kumiliki terlepas, pintu hati ini senantiasa tertutup untuk seorang laki-laki. Aku takut jika terluka lagi. Lelaki dan segenap misterinya ternyata mampu membuatku berpikir untuk tak lagi mengenalnya dalam waktu dekat.
Dengan segenap semangat yang tersisa, mulai kutapaki lagi hidup. Kulampiaskan kekecewaanku dengan pekerjaan. Sebuah karir di hotel berbintang lima kumulai. Menjadi salah satu staf dalam departemen front office , tugasku mengurusi sebuah ruangan publik bisnis center. Darisana aku bisa berinteraksi langsung dengan tamu hotel yang berdatangan dari berbagai negara.
Beberapa bulan disana, kuranglebih tujuh bulan mulai kurasakan betapa beratnya hari-hariku. Padahal sebagai karyawan baru, mungkin aku satu-satunya yang pernah duduk satu meja meeting dengan General Manager dan para Department Head. Banyak senior yang kerja puluhan tahun belum pernah diajak meeting semeja dengan orang penting di hotel tempatku bekerja. Malah, salah satu Dept-Head malah menawariku pindah ke departmennya. Tetapi aku menolak.
Fisikku drop setelah mengurusi tamu dari China yang meeting disana. Aku sakit. Dengan berbagai pertimbangan aku keluar. Dan tanpa kuduga tak berapa lama, aku ditawari untuk mengajar di sebuah sekolah dasar. Kesempatan langka yang lekas kuambil berkat dorongan dari seseorang ( karna aku sempat ragu dan tak ingin mengambil tawaran itu).
Beberapa bulan sebelum aku keluar, sempat kularikan stress dengan berselancar didunia maya, facebook. Sengaja kupilih teman yang memiliki kemampuan dibidangnya. Orang-orang hebat menurutku. Seperti de javu, aku berkenalan dengan sosok yang rasanya pernah kutahu sebelumnya. Dia penulis cukup punya nama. Tak ada perasaan sama sekali waktu itu. Laki-laki yang kupanggil Bintang itu sudah memiliki kekasih. Perasaanku datar dan tawar. Aku hanya ingin mendapatkan ilmu darinya ketika sesekali berbincang.
Karna terlalu sering kita bertukar pikiran, tak tahu mengapa ada sesuatu yang beda dalam diriku. Mulai kurindukan kehadirannya. Suatu hari aku terkejut karena laki-laki itu putus dengan pacarnya. Tapi ah…itu urusan pribadinya. Ikut sedih tentu, sebab Bintang sudah menjadi sahabat dekatku. Hari-hari kulalui sedikit berwarna, karna dia selalu menemani. Perhatian kecil yang sering ia tampakkan, masih saja tak kuartikan ‘lebih’. Aku masih sakit hati dengan masa lalu tentang cinta.
Hingga tanpa sadar, kedekatan ini tak bisa dipungkiri, mampu menghibur batin dan jiwaku. Kedekatan dari hati kehati, mampu mengisi kekosongan antaraku dan Bintang. “Sinar…kuakui aku mulai memiliki rasa sayang sama kamu. Jujur saja, maaf, kau siksaku dengan rindu.” Sebuah pesan singkat yang kubaca pagi itu ketika morning brieffing berlangsung. Dadaku berloncatan. Aneh, kenapa bisa aku terus menerus memikirkan sms dari Bintang ya? Pikirku disela melakukan pekerjaanku yang menumpuk dimeja.
Sebuah rasa rindu yang bercampur keinginan memiliki tempat curhat, membuatku semakin tak bisa mengendalikan perasaan. Aku sendiri heran. Kenapa aku bisa seperti ini? Selalu saja yang ada dipikiranku hanya dia, Bintang. Hingga akhirnya, beberapa waktu berlangsung, kami pun mengumumkan hubungan percintaan kami. Sekali lagi, meski cuma lewat dunia maya. Tetapi cinta dan sayang ini, sungguh menguliti kenyataan. Rindunya sangat menyiksa hari-hariku.
Banyak hal terjadi dalam cinta ini. Ketika seorang sahabat dekatnya yang diam-diam mengungkapkan rasa cinta padaku, ataupun seorang sahabat yang ternyata juga menyimpan perasaan yang sama terhadapku, Bintang dan aku tetap bertahan. Memang, mungkin ada sedikit keraguan dalam hati masing-masing mengenai cinta ini. Tentang keseriusannya yang pasti. Tapi, entah…. ( hanya Tuhan yang tahu, bukan?)
Yang Perlu Kau Tahu
Bin, jika kamu tahu bahwa cinta maya yang kupunya ini sesungguhnya kurasakan nyata. Hadirmu buatku menjadi semangat yang memacu diri. Dari kisah kita aku belajar, jika tak selamanya cinta membutuhkan belaian, tak selamanya cinta harus berdekatan. Sebab cinta itu hadirnya mampu dirasakan oleh hati, oleh sosok yang merasa memiliki. Dan selama rasa itu bersemayam, ia bisa menemani kemanapun diri berada.
Aku pernah sangat berharap pada seseorang, dan seseorang itu pula yang kemudian menghancurkan harapan itu hingga rasanya seperti hidup dan mati. Dengan alasan tersebut, aku memilih karir dan merajut cinta seperti ini. Tak ingin cinta ini mengembang terlalu tinggi, aku takut, takut sekali jatuh lagi. Terlalu sakit bagiku.
Kamu tahu? Cinta ini tak mampu kutakar lagi. Pernah kita bertengkar dan hubungan ini seperti berada di ujung tanduk, kau tahu apa yang kupikirkan? Jika cinta ini berakhir, aku tak akan mengenal cinta lagi sebelum cita-citaku tercapai. (aku ingin punya rumah dengan hasil keringat sendiri, juga sudah mapan dari segi keuangan). Sama dengan apa yang pernah kau katakan, kuharap cinta ini yang terakhir. Kita disatukan oleh Tuhan dalam ikatan suci. Amiiin. Ya, aku siap menjadi istrimu…
Ah ya…Kesedihanmu tentang kepergian untuk selama-lamanya almarhum ayah, yang lalu membuatmu berubah menurutku, sebisa mungkin kupahami. Apalagi setelah sebuah buku di akhir tahun lalu bisa terbit dan makin membuatmu sibuk dengan aktifitas baru yang tak bisa terhitung lagi, aku akan berusaha mengerti. Selagi aku masih berarti untukmu, semua perubahan itu tak akan jadi masalah buatku.
Tetapi kalau masih boleh aku jujur, aku tak bisa membohongi hati, kau benar-benar berubah. Aku tak menemukan lagi tempat sayang milikku itu dimana? Kita sekarang lebih mirip sebatas sahabat yang saling support tentang karir. Tentang masa depan masing-masing. Ah…semoga ini perasaanku saja.
Yang perlu kamu tahu, Bin, aku tak pernah sedikitpun mencoba menduakanmu. Tak terlintas tuk mengkhianati cinta ini. Jangan lelah ya, mencintaiku. Sebab begitupun diriku, akan terus menjaga cintamu. Karna hanya kau, Bin, lelaki yang akan selalu kucinta…
Diceritakan kembali oleh Enno Salsa